Kamis, 17 Juli 2008

KYAI DAN POLITIK

Ranah politik kita memang tidak memandang bulu. Apapun latarbelakang mereka semua tersedot oleh yang namanya dunia politik. Tidak terkecuali orang-orang dari golongan putih atau pondaik pesantren alias Kiai. Memang tidak aneh lagi pada saat sekarang ini para kiai lebih senang ikut-ikutan masuk ke dalam ranah politik daripada mengajar, membaca kitab kuning apalagi mendidik mereka. Padahal tugas utama kiai kan membina moral santri agar lebih baik dan bisa memimpin ummat atau masyarakat. Terus kemana sekarang tanggung jawab itu? Apakah tanggung jawab itu hanya lengket di pesantren saja dan tidak ikut jika mereka keluar dari pesantren? Memang dunia ini sudah edan.
Padahal dulu kiai itu orang yang paling emoh untuk masuk ke ranah politik. Karena menurut mereka, jika sudah masuk ke dalam ranah politik, maka kita sudah akan kehilangan ”ideologi” kita. Memang benar, selama perhelatan politik yang terjadi di negara kita ini, saya melihat sistem politik kita sudah tidak sehat dan tidak kondusif lagi. Buktinya, skandal korupsi makin marak bahkan menteri agama, Said Agil Al-Munawwar, masuk dalam daftar orang yang terkena kasus korupsi. Terus para Kiai itu buat apa masuk ke ranah politik jika hanya nantinya ikut-ikutan korupsi dan melupakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Kalau niat mereka ini untuk berdakwah dan memperbaiki moral pemimpin kita yang melenceng, pasti kita akan mendukung ..
Saya pernah mendengar cerita dari Kiai saya ketika mondok di Pondok Pesantren Almuhajirin 3 Bahrul Ulum, Jombang, beliau bercerita ketika ada seorang Kiai meminta ijin kepada Kiai Hasyim Asyari untuk masuk keranah politik, bukan penolakan, kemarahan ataupun dukungan yang diberikan oleh beliau, tetapi beliau mengambil segelas air putih dan dimasukkan setetes tinta hitam ke dalam air tersebut. Tak pelak lagi air yang tadinya bening menjadi hitam kelam. Apa artinya....jika kita masuk ke dalam dunia politik, maka kita akan kehilangan ”kesucian” kita walaupun kita hanya ikut-ikutan alias tidak aktif...
Kiai juga manusia lho....memang benar Kiai itu manusia. Siapa yang bilang dia adalah malaikat, kalau malaikat sudah pasti dia tidak mempunyai nafsu dan selalu taat kepada Allah. Akan tetapi apakah dia sadar akan tanggung jawabnya? Banyak Kiai meninggalkan santri untuk berpolitik dan memasrahkan amanatnya kepada santri senior untuk membimbing para santri. Terus yang diamanatin orang tua santri untuk membimbing spiritual anaknya adalah Kiai ataukah santri senior?...capek deh..
Apalagi pada saat sekarang ini kiai digunakan untuk mencari perhatian masyarakat demi mencari keuntungan dunia semata. Mereka ”parpol”menggunakan popularitas Kiai-kiai kondang untuk menarik perhatian masyarakat serta mendapat dukungan dari rakyat yang pro dengan Kiai itu. Buktinya banyak parpol yang menggunakan background Kiai di belakang foto kadernya untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat untuk kader yang mereka usung. Apakah ini yang dinamakan politik sehat yang benar-benar politik yang objektif? Apakah sistem politik seperti ini menjamin rakyat untuk tidak menjadi pemilih yang palsu dan tidak memilih pemimpin yang palsu juga karena adanya kedekatan emosional dan ideologi? Cari lagi dong sistem politik yang lain....bervariasi gitu..
Mari sahabat-sahabat, buka pikiran kita, buka pikiran masyarakat kita untuk benar-benar mencari pemimpin yang bisa menegakkan demokrasi dan memimpin demi rakyat. Janganlah kita memandang orang itu cerdas atau orang itu kenyang dengan oranisasi, tapi mari kita pemimpin yang benar-benar memiliki orientasi pengabdian, kebangsaan dan kerakyatan yang dipadukan dengan kecakapan aspiratif, akomodatif dan implementatif.
Kiai atau bukan, Profesor atau bukan, Organisatoris atau bukan. Yang penting dia mampu menerapkan ketiga orientasi di atas , dia akan tetap menjadi pemimpin the real leader buat negara kita ini.... sudahkah kita menemukan sosok pemimpin ini?....
Abdul Gani
Juli, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat memberikan komentar seputar blog ini..trims.