Minggu, 11 Januari 2009

Awas! Bahaya Logika Instrumental Mengancam

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu memikirkan apa yang akan diperoleh olehnya ketika dia melakukan suatu tindakan. Apapun yang mereka lakukan akan selalu berpegang teguh kepada prinsip timbal balik yaitu anda dapat saya juga dapat. Terus bagaimana jika prinsip itu dipegang teguh oleh mahasiswa terhadap idealism-idealisme mereka sehingga mereka selalu bertujuan pfofite oriented. Tidak dapat dipungkiri mahasiswa sekarang mempunyai pemikiran yang kerdil. Mereka tidak lagi mampu menjalankan tri fungsi mahasiswa. Mereka tidak lagi “mampu” memberi pembelaan kepada kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia.
Apakah mereka sudah terkena arus liberalism sehingga menggerogoti idealism mereka. Mereka cenderung menggunakan logika pasar, logika instrumental yang melahirkan logika pendek sehingga mereka melupakan esensi mereka sebagai mahasiswa yang menjadi agent of change, social control dan man of analist yang semuanya untuk kepentingan masyarakat… mereka lebih mengutamakan suatu pandangan luar saja sehingga dalam mengadakan advokasi bukan kualitas yang didahulukan tetapi bagaimana agar advokasi itu tampak bagus dan berkesan tetapi dalam esensi isi yang ditampilkan tidak berkesan sama sekali..
Logika instrumental adalah suatu pemikiran yang mengacu kepada keuntungan tanpa melihat kepada eksistensi sesuatu yang dilakukan. Dalam suatu teknik presentasi misalnya, akibat pemahaman logika instrumental ini, penampilan menjadi suatu hal yang sangat penting sehingga memunculkan pesan tersendiri yang lebih berkesan dari komunikasi dan isi yang disampaikan. Seakan-akan komunikasi itu adalah pesan itu sendiri. Jadi jangan heran ketika kita keluar dari ruangan seminar tidak mendapatkan kepuasan sesuai harapan tetapi yang kita dapatkan adalah kesan dari komunikator itu sendiri.

AKTIVIS

Kata aktivis sudah banyak di dengar oleh masyarakat khususnya mahasiswa yang secara tradisi banyak menjadi pelaku utama. Tapi, apakah mereka semua tahu apa itu aktivis??? Ternyata kata aktivis banyak disalah persepsikan oleh banyak kalangan. Mereka (masyarakat) khususnya mahasiswa banyak menganggap dirinya sebagai aktivis dikarenakan aktif diberbagai organisasi kampus. Terus yang dinamakan Organisatoris itu apa??? Arti sebenarnya dari organisatoris itu ialah masyarakat atau mahasiswa yang aktif di dalam suatu organisasi tertentu dan dia mempunyai kepentingan untuk membesarkan organisasi tersebut. Biasanya, organisatoris ini hanya membangun jaringan dengan stake holder/ instansi lain demi kepentingan organisasinya saja. Sebut saja organisasi-organisasi intra kampus atau yang lebih dikenal dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dsb.
Pengertian Aktivis
Secara garis besar, aktivis mempunyai pengertian orang yang tidak tenang (gelisah) ketika terjadi ketidakadilan dilingkungannya dengan cara melakukan perubahan perubahan-perubahan tertentu mulai dari titik nol sampai tujuannya tersebut tercapai. jadi, pengertian aktivis dan organisatori sangat jelas sekali berbeda, organisatoris mempunyai ruang lingkup dalam organisasi itu sendiri, sedangkan seorang aktivis, selain aktif diorganisasi tertentu (sebagai organisatoris), dia juga mempunyai pekerjaan lain diluar itu yaitu memperjuangkan hak-hak orang lain. Biasanya adalah bersifat sosial dan berkedudukan menjadi korban dari suatu sistem tertentu. Jadi jelaslah apa itu aktivis, mereka adalah penggerak, penggagas dan juga perintis (agent of change) menuju suatu perubahan yang lebih baik.
Sifat Seorang Aktivis
Populis
Sifat dari seorang aktifis yang pertama adalah populis. Aktivis populis ini, banyak dikenal oleh masyarakat, media, lembaga atau orang-orang tertentu. Hal-hal yang diangkat dalam prosesnya pun bukan sembarang isu/wacana. Aktivis populis kebanyakan mengangkat isu-isu yang bernuansa besar dan menyangkut hak-hak orang banyak. Sehingga menciptakan suatu medan yang sangat luas jangkauannya. Media sendiri sangat berperan penting dalam perjalanan aktivis populis ini. Banyak dari aktivis populis dikenal oleh orang-orang media (wartawan) sehingga mudah bagi mereka menciptakan suatu tayangan gerakannya di media tertentu.
Organik
Sifat yang kedua adalah organik. Aktivis organik ini merupakan kebalikan dari aktivis populis. Jadi bisa ditebak seperti apa aktivis organik ini. Mereka mempunyai medan yang lebih kecil daripada aktivis populis dan wacana/isu yang diangkatpun merupakan isu yang kecil (tidak diketahui orang banyak). Aktivis organik ini biasanya berkecimpung di suatu daerah tertentu seperti contoh; aktivis lingkungan hidup, aktivis perdamaian, aktivis pengentasan buta huruf, dan lain sebagainya.

Prinsip Seorang Aktivis
Aktivis biasanya mempunyai beberapa prinsip tertentu sehingga dia dapat berjalan sesuai prinsip yang dia yakini, berikut prinsip-prinsip dari seorang aktivis.
Berpihak kepada korban (korban harus ditelaah terlebih dahulu)
Berangkat dari ketidakadilan dari suatu sistem yang ada/lingkungannya
Tidak mengenal kata diskriminasi (semua kalangan yang menjadi korban berhak dibela)
Mempunyai partisipasi aktif dari kalangannya (massanya)
Menjadi penghubung dengan pihak luar, sehingga menciptakan kesepahaman antara kedua belah pihak.
Fungsi Aktifis
Selain mempunyai prinsip, aktivis pasti mempunyai fungsi-fugnsi tertentu.
Memberikan sumbangsih pemikiran yang kritis transformatif bagi permasalahan yang dihadapi.
Membela korban
Tidak menvonis siapapun tanpa adanya fakta sebelumnya
Membantu anggota (masyarakat) dalam menyelesaikan permasalannya


“Ikutilah kata hatimu, lalu lihat apa yang akan terjadi”
“Mario Teguh”

Sabtu, 10 Januari 2009

Etika Komunikasi

Etika Komunikasi
• Mimetisme adalah gairarah yang tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya, sepertinya sangat urgen, bergegas untuk meliput kejadian karena media lain, terutama yagn menjadi acuan, menganggapnya penting. Hal seperti inilah yang akan menimbulkan keyakinan bahwa semakin banyak media berbicara tentang suatu hal secara kolektif semakin yakin bahwa hal itu penting sehingga harus diliput dengan lebih banyak waktu. Dengan kata lain, media saling membangkitkan keingintahuan dikalangan mereka sendiri.
• Efek penyekat adalah salah satu hasil dari mimetisme. Karena dampak dari mimetisme ialah seakan-akan berita penting seperti berita biasanya.
• Rasionalitas instrumental, media menyebabkan suatu logika pendek.
• Dalam media, informasi yang akan disampaikan akan tersingkir dengan teknik komunikasi sehingga informasi melahap isinya sendiri. Ia melahap komunikasi dan yang social karena dua hal: pertama, alaih-alih mengomunikasikan , informasi menghabiskan tenaga untuk presentasi makna. Kedua: dibalik presentasi komunikasi yang menguras tenaga berlebiah itu, media massa, informasi melanjutkan destruksi social.
• J. Baudrillard; 4 fase citra:
1. Representasi di mana citra merupakan cermin suatu realitas
2. Ideology dimana citra menyembunyikan dan memberik gambar yang salah akan realitas
3. Citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas dan citra bermain menjadi penampakannya
4. Citra tidak ada hubungan dengan realitas apapun, ia hanya menjadi yang menyerupai dirinya.
• Ada 3 pertimbangan mengapa penerapan etika komunikasi semakin mendesak;
1. Media mempunyai kekuasaan dan mempunyai dampak yang dahsaya terhadap public
2. Etika komunikasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab
3. Mencoba sedapat mungkin menghindari dampak negative dari logika instrumental
• Ada 3 pengakuan kebenaran
1. Kebenaran pernyataan
Pernyataan yang dibuat adalah benar bila isinya benar-benar ada dalam proposisi
2. Ketepatan rumusan tindakan yang legitim dan konteks normatifnya
Tindak bahasa dianggap tepat bial sesuai dengan konteks normative yang berlaku atau konteks normative yang harus dijawab di akui sebagai sah
3. Ketulusan komunikasi pengalaman yang dihayati secara kolektif
Maksud yang diungkapkan pembicara benar-benar merupakan isi dari apa yang dipikirkannya


• Tiga dimensi etika komunikasi
-Tujuan
Nilai-nilai Demokrasi
Hak untuk berekspresi
Hak public akan informasi yang benar

-Aksi
Tatanan Hukum dan institusi
Hubungan2 kekuasaan
Peran asosiasi, lembaga konsumen, komisi pengawas

-Sarana
Kesadaran moral atau nuarani actor komunikasi
Deontology jurnalisme

• Tiga prinsip utama deontology jurnalisme
1. Hormat dan perlindungan atas hak warga Negara akan informasi dan sarana-sarana yang perlu untuk mendapatkannya
2. Hormat dan perlindungan atas hak individual lain dari warga Negara termasuk hak martabat dan kehormatan, hak atas kesehatan fisik dan mental, hak konsumen dan hak untuk berekspresi dalam media, serta hak jawab.
3. Ajakan untuk menjaga harmoni masyarakat.