Selasa, 28 April 2009

KETIKA DEMOKRAT DAPAT PROMOSI GRATIS!

Peranan media massa dalam proses pemahaman masyarakat sangat besar. Apalagi ketika proses pemilihan wakil rakyat telah memasuki masa-masa yang dramatis. Media massa yang diwakili oleh media elektronik dan media cetak merupakan wadah informasi bagi rakyat untuk mencari dan mengenalai wakil-wakil rakyat yang akan mereka pilih. Berbagai berita tentang partai politik, dan juga iklan partai politik bermunculan dihalaman utama berbagai media massa terutama media cetak. Media cetak terutama berupa Koran, menjadi ajang lahan memasang iklan dan berita tentang partai politik tertentu. Banyak partai politik yang memasang iklan partainya diberbagai Koran nasional.
Akan tetapi, selain media massa melalui media cetak, peranan media elektronik dalam memperkenalkan partai tertentu sangat besar. Hal ini terkait dengan terdapatnya televise disetiap rumah-rumah warga. Tetapi sangat disayangkan, dalam proses pemberitaan yang ada dalam media elektronik ini hanya partai-partai besar yang muncul, sehingga partai-partai kecil tenggelam dibelakang partai-partai mapan tersebut. Salah satu partai yang sering muncul dan mendapat apresiasi dari berbgai media nasional adalah Partai Demokrat yang dibina langsung oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pemberitaan media nasional terhadap partai democrat menciptakan suatu arus dan tatanan tertentu didalam benak masyarakat. Posisioning ini muncul secara tidak langsung dikarenakan tanpa disadari dengan adanya pemberitaan tentang partai ini, proses promosi dan pengiriman pesan tentang siapa dan apa democrat itu semakin besar. Hal ini menciptakan pemahaman bahwa hanya partai inilah yang mampu dan paling besar dibanding dengan partai lain meskipun ada Partai Golognan Karya (GOLKAR) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sering mendapat apresiasi serupa.
Pemberitaan media terhadap partai democrat secara besar-besaran terkait dengan aktivitas partainya tanpa disadari membuat bendera partai itu semakin besar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan peranan media sangat besar terhadap pembentukan persepsi masyarakat. Analisa ini mungkin tidak disadari oleh berbagai pihak, namun dengan semakin intensnya pemberitaan terhaadap partai ini, semakin besar pula pemahaman masyarakat terhadap partai berlambang limas ini.
Pemberitaan ini akan menimbulkan ruang publik (public sphere)di dalam masyarakat. ketika orang-orang membicarakan tentang pemberitaan partai demokrat ini,maka mereka akan bicara jauh melebihi dari jangkauan pikiran mereka. dan hasilnnya mereka akan mempunyai pemikiran dan penilaian tersendiri terhadap partai demokrat. jika mereka pro dengan demokrat, jelas mereka akan memilih partai ini pada pilpres 2009. Pemberitaan secara besar-besaran yang dilakukan oleh media massa ini tidak pernah disangkal oleh internal partai. mungkin saja mereka sadar bahwa mereka tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk promosi partai menjelang pemilihan presiden.

Senin, 20 April 2009

DILEMA PETANI PASCA SURAMADU



Proses industrialisasi yang sebentar lagi akan melanda Madura terus menjadi perbincangan dari berbagai kalangan.Baik itu dari kalangan masyarakat biasa, tokoh-tokoh masyarakat maupun kalangan terpelajar/berpendidikan. Berbagai wacana muncul seiring dengan proses penyelesaian jembatan suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura. Jembatan yang sebentar lagi akan difungsikan sebagai sarana penghubung ini menjadi momentum bagi para pengusaha lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya di pulau garam ini. Pemerintah Indonesia berencana membuka jembatan ini sebagai jalur transportasi hubung pada bulan juni 2009.
Banyak kalangan mengungkapkan rasa optimis dan penuh harapan terhadap pembangunan jembatan ini. Mereka berharap dengan selesainya jembatan ini taraf kehidupan masyarakat Madura akan meningkat. Namun disadari atau tidak, banyak pula kalangan pelajar dan tokoh-tokoh masyarakat yang mengkhawatirkan keadaan masyarakat Madura pasca kehadiran jembatan ini. Salah satu kekhawatiran mereka adalah nasib para petani yang ada didekat suramadu khususnya desa Labang, Bangkalan. Desa Labang merupakan salah satu desa yang jaraknya tidak jauh dari suramadu hanya sekitar 10 km dari posisi jembatan. Masyarakat desa Labang yang banyak menjadi petani dikhawatirkan tergerus dan tersingkir dari posisinya. Apalagi tingkat pendidikan dan perekomian masyarakat labang masih tergolong rendah.
Rencana industrialisasi Madura sebagai dari dampak globalisasi masa ini dikhawatirkan menciptakan suatu tatanan masyarakat yang berpusat kepada liberalis. Jika industrialisasi benar-benar terlaksana dengan perkembangan yang sangat besar, bukan tidak mungkin para petani yang seharusnya berada di sawah untuk menanam padi atau memanen padi beralih fungsi menjadi pekerja/buruh pabrik yang penghasilannya dapat diketahui setiap bulannya meskipun itu hanya cukup untuk makan sehari saja. Sawah-sawah yang dulunya terbentang luas bisa dipastikan digantikan dengan bangunan kokoh yang memanjang. Disisi lain, dampak dari industrialisasi ini tidak hanya berdampak kepada daerah labang saja. Akan tetapi berdampak juga kepada daerah lain yang ada disekitar labang bahkan daerah Bangkalan itu sendiri. Keadaan alam yang tandus, menjadi salah satu factor percepatan terjadinya gerusan petani menjadi kaum pekerja. Jika daerah labang telah dijadikan tempat industry, maka lahan hijau akan semakin meipis. Dampaknya, daerah lain akan mengalami kekeringan yang hebat dan pada akhirnya kesempatan ini digunakan oleh para investor dan pengusaha untuk mencengkeramkan kuku liberasitasnya dengan membeli tanah dengan harga murah dan membangun usaha, dan lagi-lagi masyarakat harus menjadi pekerja motorik pabrik tersebut.
Tersingkirnya masyarakat petani yang merupakan mata pencaharian asli penduduk local merupakan salah satu permasalahan serius yang ditimbulkan oleh program industrialisasi Madura pasca pembangunan jembatan suramadu. Hal ini menjadi ketakutan bagi semua orang terhadap bergesernya masyarakat local dan digantikan oleh masyarakat pendatang yang siap untuk memimpin dan memonopoli system perekonomian. Factor pengusaha dan pemerintah tidak dapat dilepaskan dalam proses ini. Pengusaha dengan prinsip liberalisasi pasar bebasnya selalu berupaya untuk mencari lahan baru untuk ditanami dan dijadikan penghasil uang. Dengan dukungan pemerintah, hal ini tidaklah sulit untuk dilaksanakan selagi program mereka menguntungkan bagi pemerintahan yang sedang dipimpin. Demi kepentingan pribadi, pemerintah bisa saja menyiapkan strategi secara halus.
Tergerusnya sawah-sawah petani disekitar jembatan suramadu menjadi daerah “perkotaan” dan industry, selain menciptakan tatanan masyarakat baru, juga kestabilan ekosistem lingkungan mendapat ancaman yang serius. Lingkungan yang dapat meminimalisir pemanansan global harus tetap dijaga demi terciptanya kehidupan yang bermutu bagi masyarakat Madura. Jika sudah tidak ada lingkungan atau lahan hijau, daerah tersebut akan menjadi tandus dan lagi-lagi petani tidak lagi mempunyai pekerjaan lain kecuali menjadi buruh. Terus jika hal ini terjadi, rencana peningkatan mutu kehidupan masyarakat Madura yang telah deprogram pemerintah akan berjalan dengan semestinya ataukah akan menjadi boomerang bagi pemerintah. Ataukah memang petani harus dikorbankan demi kepentingan para elit kapitalis dengan system kapitalisme laissez-faire-nya. Bukan tidak mungkin system penjajahan yang dilakukan oleh pihak asing mulai menjalar dan merongrong dengan halus melalui system perekonomian, social dan politik bangsa ini. Penjajahan dengan cara halus, memanfaatkan kelemahan dan ketamakan penguasa akan harta demi terciptanya kehidupan pribadi yang mewah dan luhur dengan mengorbankan rakyat kecil yang tidak mengerti akan seluk beluk perpolitikan serta idealism kotor kaum liberalis.
Tragedy kerja paksa (Rodhi) yang dilakukan oleh belanda ketika masih menguasai bangsa ini, atau Romusha yang dilakukan oleh bangsa Nippon setelahnya, diulang dengan sangat halus dan lembut. Atau bahkan ini merupakan strategi pengembangan industry dengan menciptakan pengangguran sebanyak-banyaknya yang kemudian direkrut untuk dijadikan roda motorik industry dengan imbalan yang tidak setimpal seperti yang dilakukan oleh Belanda pada awal kekuasaannya di Madura pada abad ke-XVII M. banyak cara digunakan oleh penguasa kapitalis untuk membesarkan industrinya. Mereka mencoba memaksa para petani untuk membeli pupuk, benih dan alat pengolah sawah baik pra maupun pasca panen dari hasil produksi industrialisasi madura itu sendiri.
Terus tindakan pendampingan seperti apa yang akan diberikan oleh para mahasiswa dan kaum berpendidikan untuk mengawal kebijakan pemerintah terkait dengan program industrialisasi madura. Pertanyaan besar kembali mencuat ke permukaan ketika kalangan berpendidikan hanya berdiam dan duduk santai mengikuti sistem perpolitikan berjalan bebas tanpa ada kawalan dan batasan. Proses pendampingan terhadap masyarakat madura, harus dilaksanakan secepatnya. Hal ini dilakukan demi terciptanya sumber daya masyarakat yang memadai dan meminimalisir terulangnya sejarah kelam masyarakat madura.