Senin, 20 April 2009

DILEMA PETANI PASCA SURAMADU



Proses industrialisasi yang sebentar lagi akan melanda Madura terus menjadi perbincangan dari berbagai kalangan.Baik itu dari kalangan masyarakat biasa, tokoh-tokoh masyarakat maupun kalangan terpelajar/berpendidikan. Berbagai wacana muncul seiring dengan proses penyelesaian jembatan suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura. Jembatan yang sebentar lagi akan difungsikan sebagai sarana penghubung ini menjadi momentum bagi para pengusaha lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya di pulau garam ini. Pemerintah Indonesia berencana membuka jembatan ini sebagai jalur transportasi hubung pada bulan juni 2009.
Banyak kalangan mengungkapkan rasa optimis dan penuh harapan terhadap pembangunan jembatan ini. Mereka berharap dengan selesainya jembatan ini taraf kehidupan masyarakat Madura akan meningkat. Namun disadari atau tidak, banyak pula kalangan pelajar dan tokoh-tokoh masyarakat yang mengkhawatirkan keadaan masyarakat Madura pasca kehadiran jembatan ini. Salah satu kekhawatiran mereka adalah nasib para petani yang ada didekat suramadu khususnya desa Labang, Bangkalan. Desa Labang merupakan salah satu desa yang jaraknya tidak jauh dari suramadu hanya sekitar 10 km dari posisi jembatan. Masyarakat desa Labang yang banyak menjadi petani dikhawatirkan tergerus dan tersingkir dari posisinya. Apalagi tingkat pendidikan dan perekomian masyarakat labang masih tergolong rendah.
Rencana industrialisasi Madura sebagai dari dampak globalisasi masa ini dikhawatirkan menciptakan suatu tatanan masyarakat yang berpusat kepada liberalis. Jika industrialisasi benar-benar terlaksana dengan perkembangan yang sangat besar, bukan tidak mungkin para petani yang seharusnya berada di sawah untuk menanam padi atau memanen padi beralih fungsi menjadi pekerja/buruh pabrik yang penghasilannya dapat diketahui setiap bulannya meskipun itu hanya cukup untuk makan sehari saja. Sawah-sawah yang dulunya terbentang luas bisa dipastikan digantikan dengan bangunan kokoh yang memanjang. Disisi lain, dampak dari industrialisasi ini tidak hanya berdampak kepada daerah labang saja. Akan tetapi berdampak juga kepada daerah lain yang ada disekitar labang bahkan daerah Bangkalan itu sendiri. Keadaan alam yang tandus, menjadi salah satu factor percepatan terjadinya gerusan petani menjadi kaum pekerja. Jika daerah labang telah dijadikan tempat industry, maka lahan hijau akan semakin meipis. Dampaknya, daerah lain akan mengalami kekeringan yang hebat dan pada akhirnya kesempatan ini digunakan oleh para investor dan pengusaha untuk mencengkeramkan kuku liberasitasnya dengan membeli tanah dengan harga murah dan membangun usaha, dan lagi-lagi masyarakat harus menjadi pekerja motorik pabrik tersebut.
Tersingkirnya masyarakat petani yang merupakan mata pencaharian asli penduduk local merupakan salah satu permasalahan serius yang ditimbulkan oleh program industrialisasi Madura pasca pembangunan jembatan suramadu. Hal ini menjadi ketakutan bagi semua orang terhadap bergesernya masyarakat local dan digantikan oleh masyarakat pendatang yang siap untuk memimpin dan memonopoli system perekonomian. Factor pengusaha dan pemerintah tidak dapat dilepaskan dalam proses ini. Pengusaha dengan prinsip liberalisasi pasar bebasnya selalu berupaya untuk mencari lahan baru untuk ditanami dan dijadikan penghasil uang. Dengan dukungan pemerintah, hal ini tidaklah sulit untuk dilaksanakan selagi program mereka menguntungkan bagi pemerintahan yang sedang dipimpin. Demi kepentingan pribadi, pemerintah bisa saja menyiapkan strategi secara halus.
Tergerusnya sawah-sawah petani disekitar jembatan suramadu menjadi daerah “perkotaan” dan industry, selain menciptakan tatanan masyarakat baru, juga kestabilan ekosistem lingkungan mendapat ancaman yang serius. Lingkungan yang dapat meminimalisir pemanansan global harus tetap dijaga demi terciptanya kehidupan yang bermutu bagi masyarakat Madura. Jika sudah tidak ada lingkungan atau lahan hijau, daerah tersebut akan menjadi tandus dan lagi-lagi petani tidak lagi mempunyai pekerjaan lain kecuali menjadi buruh. Terus jika hal ini terjadi, rencana peningkatan mutu kehidupan masyarakat Madura yang telah deprogram pemerintah akan berjalan dengan semestinya ataukah akan menjadi boomerang bagi pemerintah. Ataukah memang petani harus dikorbankan demi kepentingan para elit kapitalis dengan system kapitalisme laissez-faire-nya. Bukan tidak mungkin system penjajahan yang dilakukan oleh pihak asing mulai menjalar dan merongrong dengan halus melalui system perekonomian, social dan politik bangsa ini. Penjajahan dengan cara halus, memanfaatkan kelemahan dan ketamakan penguasa akan harta demi terciptanya kehidupan pribadi yang mewah dan luhur dengan mengorbankan rakyat kecil yang tidak mengerti akan seluk beluk perpolitikan serta idealism kotor kaum liberalis.
Tragedy kerja paksa (Rodhi) yang dilakukan oleh belanda ketika masih menguasai bangsa ini, atau Romusha yang dilakukan oleh bangsa Nippon setelahnya, diulang dengan sangat halus dan lembut. Atau bahkan ini merupakan strategi pengembangan industry dengan menciptakan pengangguran sebanyak-banyaknya yang kemudian direkrut untuk dijadikan roda motorik industry dengan imbalan yang tidak setimpal seperti yang dilakukan oleh Belanda pada awal kekuasaannya di Madura pada abad ke-XVII M. banyak cara digunakan oleh penguasa kapitalis untuk membesarkan industrinya. Mereka mencoba memaksa para petani untuk membeli pupuk, benih dan alat pengolah sawah baik pra maupun pasca panen dari hasil produksi industrialisasi madura itu sendiri.
Terus tindakan pendampingan seperti apa yang akan diberikan oleh para mahasiswa dan kaum berpendidikan untuk mengawal kebijakan pemerintah terkait dengan program industrialisasi madura. Pertanyaan besar kembali mencuat ke permukaan ketika kalangan berpendidikan hanya berdiam dan duduk santai mengikuti sistem perpolitikan berjalan bebas tanpa ada kawalan dan batasan. Proses pendampingan terhadap masyarakat madura, harus dilaksanakan secepatnya. Hal ini dilakukan demi terciptanya sumber daya masyarakat yang memadai dan meminimalisir terulangnya sejarah kelam masyarakat madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat memberikan komentar seputar blog ini..trims.